Sunday, May 20, 2007

Pilkada DKI. Milih atau nggak ya? (01)


Diambil di jalan Utan Kayu, Jakarta Timur pada tanggal 20 Mei 2007 (minggu) sore.

omong-omong, Pilkada tuh kampanye bukannya tanggal 21 Juli sampai 4 Agustus?
mohon lihat ke http://www.perspektif.net/indonesian/article.php?article_id=655 sebagai refrensi jadwal pilkada DKI Jakarta.

Semangat warna oranye ini jelas identik ama JakMania. Tapi kalo nyolong start gini, berarti men-identikkan JakMania sebagai tukang colong start (yang artinya negatif) dunk... Nah, salah sapa kalo gitu?

Nanti akan lebih aktif mengumpulkan gambar-gambar kecurangan Pilkada yang lain deh.... Mumpung saya orangnya mobile. Tapi ga janji yaaa...

oya, saya bukan pendukung partai apapun juga. ini gambar kebetulan saya lewat sana yah saya ambil dan pertama kali yang saya temui. Kalo ada rekan-rekan lain yang mendapatkan gambar kecurangan, boleh saling posting "temuan" anda.

Keluarga, dimanakah engkau? (2)

Tempo hari sudah membahas mengenai bagaimana anak merasa tidak nyaman di dalam rumah sendiri, namun justru nyaman di rumah teman atau di tempat lain. Suasana fisik rumah yang nyaman, tidak menjamin suasana dalam rumah juga nyaman ternyata.

Sudah banyak pendidikan atau hasil riset yang mengatakan bahwa kelakuan anak berasal dari efek pendidikan orang tuanya juga, dan waktu yang diberikan orang tua untuk anak.

Mungkin beberapa pembaca pernah membaca mengenai cerita yang beredar diantara mailing list, yaitu anak yang menyewa waktu ayahnya yang super sibuk hanya untuk menemani ngobrol. Disatu sisi, saya melihat bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi, namun dengan kepolosan seorang anak, hal tersebut dapat terjadi.

Jadi, terkadang jika kita menyalahkan anak yang "melenceng", salahkan dulu diri kita sendiri. Apakah kita mendidiknya dengan benar atau salah?

Thursday, May 10, 2007

Dewasa ?? Ngarep !!!

Sudah menyadari bahwa politik Indonesia saat ini sedang ajaib? Terutama setelah acara kocok mengocok kabinet yang dilakukan bapak Presiden SBY.
Tapi kali ini gw gak menyorot ke hak prerogatif tersebut, namun lebih kepada partai politik di belakangnya.
Masih ingat bahwa partai politik apapun hasilnya reshuffle tersebut berkoar bahwa mereka akan mendukung selama masih dalam koridor demi kepentingan rakyat.

Dan reshuffle itu akhirnya menelan korban beberapa kader partai pendukung. Nah disini kemudian ujian kedewasaan dimulai. Apa mereka benar-benar dewasa?

Coba saja buka beberapa literatur online mengenai pasca reshuffle, atau berita TV. Sangat tampak beberapa partai yang dulunya mengumandangkan kedewasaan politik ternyata menjadi sangat tidak dewasa. Mereka berkoar-koar untuk menarik dukungan kepada pemerintah, menarik anggota lainnya yang masih berada dalam kabinet tanpa memperhatikan apakah anggota tersebut dibutuhkan kinerjanya oleh masyarakat. Yang penting, mereka kecewa berat dan langsung ngambeg. huh... Jadi ingat keponakan kalo pas senang, langsung datang. Tapi begitu kecewa, langsung ngambeg. Tapi inilah faktanya.

Saya cuma mo ngomentari saja, coz gemas juga melihat ketololan karena ketidakdewasaaan partai politik yang mau mempermainkan kepentingan rakyat yang memilih mereka.

any comment?