Tuesday, April 24, 2007

Keluarga, dimanakah engkau?

Setidaknya cukup banyak yang ingin saya tulis. Saya tulis dalam beberapa sub
topik berikutnya.

Kita melihat bahwa lingkungan sekarang ini sudah sangat liberal (setidaknya menurut pandangan saya), dimana banyak anak muda yang hanya mengejar kesenangan dan kemudahan tanpa mengetahui bahwa dibalik kesenangan tersebut cukup banyak kerugian yang akan ditunai. Jujur saja, penulisan saya kali ini berdasarkan pengalaman saya dalam menghadapi beberapa orang yang "bermasalah" dengan hal ini.

Kita tidak dapat menyalahkan segala macam media dan informasi begitu saja tanpa memandang diri kita sendiri, setidaknya orang yang telah menikah dan telah memiliki keluarga utuh, atau orang yang dapat dijadikan panutan untuk segala macam tindakan negatif yang dilakukan anak-anak muda Indonesia, khususnya Jakarta yang notabene adalah kota besar dimana segala macam berkumpul didalamnya, baik yang buruk maupun yang baik.

Pernah saya mendapatkan sebuah contoh yang cukup baik, seorang gadis yang terlihat cukup bahagia dan setidaknya terlihat dari luar saya undang ke rumah dimana keluarga saya selalu berkumpul (saat sebelum semuanya menikah dan meninggalkan rumah) dalam sebuah ruangan, entah itu untuk sekedar menonton TV, membaca koran, atau santai sejenak melepas penat. Anak muda ini jika diluar selalu terlihat bahwa dirinya tidak terjadi sesuatu atau adanya
beban berat mengenai keluarga.

Saat gadis tersebut melihat ini semua, saya melihat tatapan matanya kosong dan sejenak seperti mengambang. Sesuatu yang aneh, karena keluarga saya selalu menerima tamu dengan hangat seakan-akan keluarga sendiri. Dan setelah kejadian tersebut, barulah gadis ini mengatakan bahwa dirinya sebenarnya merasa "diterima" sebagai sebuah anggota keluarga dari keluarga yang sebelumnya asing bagi dirinya. Dan pada akhirnya keluarlah cerita bahwa ternyata keluarganya adalah keluarga yang berantakan. Tentu saya tidak akan menyinggung lebih jauh lagi, namun untuk gambaran saja bagaimana berantakan itu yah bisa dikatakan dirinya menjadi saksi pecahnya gelas dan piring serta kerasnya daun pintu dibanting. Belum termasuk bentakan-bentakan sehingga dirinya, bahkan adik dan kakaknya tidak betah untuk berkumpul yang membuat mereka selalu berada di luar rumah. Dari sini mengalirlah sebuah cerita yang
cukup mencengangkan saya, karena pada awalnya mengira bahwa gadis ini tidak menghadapi sesuatu yang berat.

Dikesempatan lain, ada kedua teman dari kakak saya menginap dirumah untuk mengerjakan skripsinya. Kebetulan kami semua laki-laki dan yang mereka juga laki-laki. Tapi dalam keluarga kami, semua tamu terlebih tamu yang menginap adalah anggota keluarga yang datang dari jauh sehingga kemi menganggap mereka saudara kami sendiri, bahkan saya menganggap mereka juga kakak. Mereka sempat merasa bahwa mereka betah untuk tinggal di rumah saya
ketimbang di rumah mereka masing-masing. Dan disuatu waktu, saya diajak kakak saya untuk menyambangi rumah keduanya yang menurut saya cukup mewah, lebih bersih ketimbang rumah saya, dan serba teratur. Hmm.. sungguh rumah yang ideal. Tapi apakah memang benar? Tunggu dulu.

Kedua orang tua teman kakak saya tersebut selalu pulang malam, dan setelah pulang tidak pernah ada keinginan untuk berkumpul dalam ruang keluarga. Semuanya langsung masuk ke kamar, termasuk anak-anaknya. Dan ini rutin setiap hari. Cukup kontras untuk ukuran saya dan bagi saya pada awalnya menyenangkan karena hal tersebut menandakan kurangnya pengawasan. Saya bisa melakukan apa saja di rumah. Tapi, itu hanya awal dan itu yang terlihat dari luar. Sebenarnya mereka cukup kesepian dan bosan.

Apakah harta benda bisa mengganti kebahagiaan? Lihat lagi contoh di atas. Dan mungkin bagi yang melihat harta adalah segala-galanya, ada benarnya. Tapi lihatlah lebih ke dalam lagi. Apakah iya mereka bahagia dengan hartanya? Contoh yang baik bisa ditemui dalam beberapa komik kanak-kanak yang terkadang kita cenderung mencibir, tapi sebenarnya hal itu adalah
cerminan diri kita sendiri yang dibuat parodi atau dalam bentuk cerita lain. Misalnya saja komik Donal Bebek. Dalam beberapa ceritanya, ada yang dipanggil Paman Gober yang sangat-super kaya dan masih tamak untuk mengejar harta. Tapi apakah iya dirinya bahagia? Selalu merasa terancam dengan adanya Gerombolan Siberat, Nenek sihir, Dinas Pajak, Sales, dan bahkan
Kwak-Kwik-Kwek (keponakannya).

to be continue......